Minggu, 04 Desember 2011

Pergaulan Remaja Muslim Bukan Kebebasan

Bila kita mencermati dunia remaja tentu tidak asing lagi dengan istilah ‘kebebasan’ atau freedom. Kebebasan diartikan sebagai bebasnya memenuhi kebutuhan tanpa terikat dengan aturan. Ide kebebasan yang ditawarkan Barat berakar dari pandangan hidup kapitalisme-sekuler.
Dimana ide kebebasan itu telah banyak diadopsi oleh remaja di Indonesia yang mayoritas Muslim. Dengan adanya kebebasan itu, seolah-olah hukum atau aturan yang diberlakukan ditengah-tengah masyarakat menjadi semu.
Ataukah hukum yang diterapkan mulai longgar? Sehingga para remaja dengan mudahnya melakukan seabrek kebebasan.
Atas dasar kebebasan berekspresi, para remaja mulai meniru gaya hidup Barat yang serba bebas. Dugemlah, ngedrugs, ngedate, free seks, pornografi sampai pornoaksi yang bukan lagi menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan bahkan dilakukan. Pemujaan terhadap artispun bukanlah hal yang asing lagi di kalangan remaja. Tidak heran bila kebanyak remaja saat ini berlomba-lomba meniru gaya hidup para artis. Mereka rela berkorban baik tenaga ataupun materi sekalipun.
Para selebritis lebih mereka kenal daripada Nabi Muhammad sebagai teladan umat, mereka lebih menyukai musik-musik Barat daripada mendengarkan dan membaca ayat-ayat Al-Quran. Remaja sering digambarkan sebagai usia dimana manusia bisa ditolerir untuk melakukan banyak pelanggaran terhadap norma baku masyarakat. Yang akhirnya tanpa pikir panjang mereka bebas mencoba hal-hal yang cenderung negatif itu.
Apalagi, tersedia fasilitas yang mendukung kearah sana. Dengan adanya kebebasan pers, media massa dengan bebasnya menerbitkan berita-berita yang dapat memberi rangsangan negatif bagi perilaku remaja saat ini. Media-media porno dengan bebasnya tersebar dimana-mana. Televisi merupakan media yang memberikan akses yang besar terhadap perilaku remaja. Kita bisa lihat tayangan-tayangan sinetron atau film remaja yang telah menjurus kepada gaya hidup seks bebas (Masya Allah !), dan banyak bermunculan acara-acara TV untuk remaja yang memuat hal-hal yang dianggap sebagai kebebasan bertingkah laku mereka. VCD-VCD porno yang bercerita tentang gaya hidup seks bebas remaja dengan mudahnya didapatkan oleh para remaja. Radio-radio pun tak kalah gencarnya dalam mengekspos dunia remaja dengan kehidupan bebasnya, situs-situs porno dengan mudah dapat diakses oleh para remaja. Dan masih banyak lagi hal-hal lainnya dari perilaku negatif remaja saat ini.

Hal ini tentu saja dimanfaatkan dengan baik oleh pihak Barat untuk menghancurkan Islam. Banyak upaya yang dilakukan oleh pihak Barat dalam mencengkram remaja Muslim. Mereka ingin mencetak remaja Muslim seperti remaja Barat yang kehidupan sosialnya bobrok. Namun, mereka gambarkan kehidupan remajanya sebagai kehidupan yang glamour dan indah yang memang sesuai buat having fun. Mereka tunjukkan bahwa kehidupan para remajanya layak ditiru oleh remaja Muslim, tentu saja mereka berikan sejumlah perangsang bahwa kehidupan remaja itu indah dan harus dinikmati. Sampai-sampai ada istilah “Mumpung masih muda, kapan lagi bersenang-senang.” (Wah… gimana bila maut menjemput sahabat pada saat seperti itu?)
Belum lagi didukung dengan fasilitas yang tersedia, tentu saja memuluskan jalan mereka. Kondisi ini mempermudah para pencari uang (siapa lagi kalau bukan para kapitalis) yang memanfaatkan para remaja sebagai sumber investasi mereka dengan meninabobokan dan menyuguhkan hal-hal yang baru yang lebih praktis dan ‘enak’ dilakukan, bahkan menjadi fasilitator bagi remaja untuk mencoba hal-hal tadi dengan dalih kebebasan berekskspresi atau seni sekalipun. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits :
“Akan tiba suatu zaman atas manusia dimana perhatian mereka hanya tertuju pada urusan perut dan kehormatan mereka hanya benda semata-mata. Kiblat mereka hanya urusan wanita (seks), dan agama mereka adalah harta, emas dan perak. Mereka adalah makhluk Allah yang terburuk dan tidak akan memperoleh bagian yang menyenangkan di sisi Allah SWT.” (HR. Ad Dailami)
Anehnya, kaum Muslim sendiri malah menyambutnya dengan tangan terbuka. Ekses yang nyata dari kebebasan ini adalah meningkatnya tindakan kriminalitas seperti pemerkosaan, aborsi, bunuh diri, pembunuhan pasangan tak resminya (alias pacarnya) karena mengandung, dan tindakan kriminalitas lainnya. Masih banyak dampak negatif dari kebebasan berekspresi. Tidak ada sama sekali dampak positif dari kebebasan ini.
Lantas bagaimana kita harus bersikap, apakah akan menerima kebebasan yang disodorkan oleh pihak Barat yang jelas-jelas memberikan dampak yang negatif? Perlu kita ingat, kita adalah remaja Muslim yang dalam agama kita telah diatur bagaimana caranya mengekspresikan diri. Islam memandang bahwa kebebasan adalah bebas dari aturan yang membelenggu terhadap pelaksanaan hukum Allah. Sebagai Muslim kita dituntut untuk selalu terikat dengan hukum Allah disetiap aktivitas yang kita lakukan. Islam tidak pernah melarang remaja untuk mengekspresi-kan dirinya dalam kehidupan selama tidak melanggar dari koridor (atuaran) yang ada. Misalnya tentang pergaulan, Islam tidak melarang kita bergaul dengan siapa saja tapi kita harus memperhatikan kondisi yang ada seperti jangan berdua-dua (berkholwat) dengan lawan jenis, apalagi pacaran yang telah menjadi jargon remaja saat ini. Bila kita lihat dengan adanya aturan tersebut tentu saja akan dapat menghindari yang namanya perzinahan, apalagi aborsi yang termasuk kategori pembunuhan. Sehingga yang kita dapatkan adalah keselamatan dan ketentraman, belum lagi mendapatkan pahala disisi Allah karena telah melaksanakan aturan-NYa.
Apakah tidak ingin kita memilih Islam sebagai landasan hidup kita? Tentu saja ingin. Karena hanya Islam yang dapat menyelematkan kita di dunia dan akhirat kelak. Tidak inginkah kita seperti Ali Bin Abi Thalib yang berani berperang walaupun dia masih dalam usia remaja. Ataupun seperti Usamah bin Zaid yang diangkat oleh Rasulullah SAW sebagai komandan untuk memimpin pasukan kaum Muslimin menyerbu wilayah Syam, yang saat itu merupakan salah satu wilayah Romawi (saat itu merupakan Negara Superpower, Amerikanya sekarang), padahal usianya masih 18 tahun.
Abdullah bin Umar tak kalah juga hebatnya, semangat juang untuk berperang mamanaskan jiwanya sejak usianya 13 tahun, pada perang AL-Ahzab Rasulullah SAW menerimanya sebagai anggota pasukan kaum Muslimin. Dan masih banyak remaja Islam lainnya yang memang bisa dibanggakan. Maukah kita mencontoh mereka? Agar kita menjadi remaja Muslim harapan umat yang bisa bermanfaat bagi diri kita sendiri, orangtua, keluarga, masyarakat, dan tentunya untuk Islam.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites